KONFLIK ISRAEL PALESTINA MUNGKINKAH BERAKHIR?
Mei – April 1948
14 Mei 1948, di bumi
Palestina, Israel memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Sebuah kemerdekaan
yang sejak awal patut dipertanyakan, merdeka dari siapa? Peristiwa yang
bersejarah itu, menjadi tonggak berdirinya negara yang penuh darah di negeri
Islam yang diberkati Allah SWT itu. Penderitaan umat Islam Palestinapun tak
terperikan. Saat berdiri, Israel mengusir sekitar 1 juta warga Palestina,
merampas hak milik warga Palestina, mencaplok puluhan kota dan ratusan desa.
Teror dan pembantaian terjadi dimana-mana. Terjadilah peristiwa Deir Yasin 10
April 1948 sekitar 254 muslim Palestina terbunuh 100 diantaranya adalah
anak-anak dan wanita). Unit 101 yang didirikan Moshe Dayan, menteror warga
Palestina. Pada tahun 1948 tercatat 385 dari 475 desa Palestina
dibuldoser sehingga rata dengan tanah.
Juni 1967 – Oktober
1979
7 Juni 1967 Yahudi
merampas bagian timur kota al-Quds; merampas kunci-kunci pintu barat Masjid
al-Aqsha. 21 Agustus 1969 Teroris Yahudi, Danis Rohan, merangsek masuk ke
halaman Masjid al-Aqsha, dan berhasil memasuki mihrab. Pada 9 September 1972
terjadi serangan udara di Suriah, dengan target para pengungsi Palestina,
sekitar 500 orang meninggal dunia. Pada tahun 1974, Israel berada di balik
pembantaian sekitar 15 ribu warga Palestina di Kamp Pengungsi Tel Zataar. Para
pengungsi malang tersebut dibantai oleh milisi Kristen garis keras yang
dipersenjatai dan dibina Pemerintah Buruh Israel. Israel juga menyerang Lebanon
pada 9 november 1977, sekitar 300 orang terbunuh. 14 Agustus 1979 Ghorshon
Salomon, kelompok radikal Yahudi, merangsek masuk ke Masjid al-Aqsha, meski
gagal. 11 Oktober 1979 Polisi Israel melepaskan tembakan dan gas air mata
terhadap jamaah shalat sehingga banyak yang terluka.
April 1980 – Mei 1989
19 April 1980 Para
pendeta Yahudi mengadakan kongres di al-Aqsha. 28 Agustus 1981 Yahudi menggali
terowongan di bawah halaman Masjid al-Aqsha. 20 Maret 1982 Berbagai kelompok
Yahudi radikal memanfaatkan hasil kongres pendeta Yahudi di atas untuk
mengirimkan ancaman terhadap Kementerian Waqaf Islam. 11 April 1982 Teroris Yahudi,
Goldman, merangsek memasuki masjid lewat pintu al-Ghawanemah. Dia pun mengancam
akan merobohkan Masjid Qubbah Shakhra. Pada bulan Juni 1982 terjadi serangan
terhadap kamp pungungsi yang menewaskan 3500 orang sebagian besar adalah
anak-anak dan wanita. Sabra dan Satila menjadi saksi bisu kekejaman Israel,
saat negara itu dengan bantuan milisi kristen Lebanon membantai lebih dari 100
orang pengungsi Palestina. Di tahun ini 18 ribu orang tewas dan 30 ribu lainnya
cedera menjadi korban. 20 Januari 1983 Organisasi Yahudi Amerika menggalang
dana untuk mendirikan haikal di atasnya. 26 Mei 1983 Bangunan Kementerian Waqaf
Islam roboh setelah digali terowongan di bawahnya. 21 Agustus 1985 Kepolisian
Yahudi mengizinkan pelaksanaan ritual Yahudi di Masjid al-Aqsha jika ada
minimal 10 orang yang memintanya. 2 Juli 1988 Departemen Agama Israel menggali
terowongan di dekat pintu al-Ghawanemah; Mahkamah Israel mengizinkan warganya
menunaikan ritual di Masjid al-Aqsha. Selama intifadha hingga Mei 1989 sekitar
7500 muslim Palestina terbunuh. Dan pembunuhan demi pembunuhan terjadi hingga
sekarang ini. Pasca Konferensi Perdamaian Annapolis november tahun lalu 350
orang warga Palestina yang terbunuh.
Juli 1996 – Agustus
1999
27 Juli 1996 Kelompok
Yahudi yang menyebut dirinya sebagai ‘Penjaga Haikal’ merangsek ke halaman
Masjid al-Aqsha. 25 September 1996 Terowongan digali di bawah masjid suci itu.
13 Mei 1998 Sejumlah pemukim Yahudi melakukan pembakaran terhadap salah satu
pintu utama masjid tersebut. 10 Agustus 1999 Yahudi melakukan penutupan
terhadap jendela dinding masjid di bagian selatan, yang menyebabkan penerangan
di masjid tersebut gelap gulita.
Agustus 2001
Pada Jumat dini hari
(10/8) tentara Israel menduduki Orient House, gedung legendaris milik Palestina
di Yerusalem Timur, dan mengibarkan bendera Israel di atas gedung tersebut,
serta menahan tujuh penghuninya. Israel juga mengambilalih secara paksa
sembilan kantor Palestina di Abu Dis yang berdekatan dengan kota Yerusalem
Timur. Abu Dis dirancang oleh otoritas Palestina sebagai pusat kantor parlemen
Palestina. Dan mereka menjadikan gedung Orient House sebagai simbol
keberadaannya di Yerusalem Timur.
Maret 2004
Syaikh Yasin, pendiri
Hamas berusia 67 tahun yang tidak pernah lepas dari kursi roda, dibunuh secara
brutal melalui serangan udara Israel sesaat setelah keluar dari masjid usai
shalat Shubuh di Jalur Gaza 22 Maret. belum sebulan kemudian, Abdul Aziz
ar-Rantissi, pengganti Syaikh Yassin, juga mengalami hal yang sama.
Desember 2008
Israel sang negara
teroris sekali lagi membantai muslim di Gaza, padahal pejabat Israel telah
membocorkan informasi tentang akan adanya serangan sejak dua minggu lalu dimana
tidak akan ada siapapun yang selamat. Bahkan pejabat Israel juga menyebutkan
bahwa Israel menunggu cuaca yang baik agar bisa membantai dengan baik.
Pada Sabtu pagi tanggal 27 Desember di tengah hiruk pikuk kesibukan,
pembantaian di mulai.
Gelombang serangan
pertama terjadi secara terkoordinasi dalam tempo 3 menit dengan melibatkan 60
jet F-16 menyerang 50 titik target infrastruktur Gaza yang masih tersisa.
Gelombang kedua menghancurkan markas HAMAS (perlu diingat bahwa markas tersebut
terletak di tengah populasi warga sipil). Dalam satu jam serangan pertama, 155
korban tewas dan jenazah korban terus berdatangan dan memenuhi rumah sakit.
Israel membenarkan
aksinya sebagai tanggapan terhadap tingkat serangan roket terhadap wilayahnya
yang diluncurkan dari Gaza. Menlu Israel Tzipi Livni membela serangan udara ini
dengan berkata dalam siaran TV, “Israel tidak punya pilihan. Kami melakukan apa yang
kami harus lakukan untuk melindungi warga kami.” Israel menuduh
HAMAS, yang memenangkan pemilu 18 bulan lalu dan didukung oleh Iran, sebagai
pihak yang bertanggungjawab terhadap serangan roket ini.
Israel memang selalu
mengkambinghitamkan HAMAS sebagai kelompok Islam radikal yang bertujuan
menghapus Israel, padahal Israel telah memblokade Gaza sejak lama. Secara
rutin, Israel menutup jalur penyeberangan perbatasan menuju Gaza, yang
berakibat pada kelaparan massal. Dalam sebulan terakhir, penyeberangan menuju
ke Gaza dibuka selama 5 hari saja. Perwakilan PBB untuk Gaza menggambarkan
situasi yang menyedihkan sebagai berikut,”Tiap hari adalah perjuangan untuk tetap bertahan
hidup. Warga benar-benar kelaparan. Semua serba kekurangan, termasuk makanan
yang sempat habis selama dua hari, dan fakta yang semakin memburuk yang bisa
berakhir kepada kepahitan… kami berusaha keras mencari alasan untuk memiliki
harapan yang realistis.”
Tanggapan dunia pun
sudah bisa diduga. Israel tetap menjadi anak favorit bagi Barat. PM Inggris
Gordon Brown dalam wawancara dengan BBC mengatakan bahwa ia ‘sangat prihatin’
dan mengatakan bahwa milisi Palestina harus menghentikan serangan roket
terhadap Israel, meskipun Palestina adalah pihak yang diserang dan Muslim
dibantai.
Dalam wawancara
dengan Al-Jazeera, Azzam Tamimi, direktur Institut Pemikiran Politik Islam
(Institute of Islamic Political Thought) dan pakar masalah Palestina,
menggambarkan pengamatannya sebagai berikut, ” Saya duga operasi militer ini tidak hanya terbatas tapi
juga berusaha untuk mengganti penguasa di Gaza, kalau tidak, kenapa Israel juga
mentargetkan jajaran kepolisian? Yang menembakkan roket di Israel bukanlah para
polisi dan polisi bertugas untuk menjaga keamanan di Gaza. Operasi ini
ditujukan untuk menciptakan kekacauan dan kemungkinan besar Mesir dan Ramallah
berkolusi dalam hal ini. Tidak mungkin berani Israel melancarkan serangan dalam
skala sebesar ini tanpa adanya ijin dari kalangan tertentu, seperti Amerika,
Eropa, dan juga Mesir dan Ramallah.”
Itulah beberapa
konflik yang dilahirkan oleh Negara teroris Israel, mungkinkah konflik yang
menewaskan kaum muslimin Palestina ini akan berakhir? Sampai berapa nyawa lagi
harus terbunuh oleh kekejaman Israel di bumi Palestina? Berapa banyak perundingan
lagi harus disahkan agar Muslimin Palestina dapat merasakan hidup tenang dan
aman?
Sungguh, konflik
serupa akan terus terjadi, banyak nyawa manusia akan terbunuh, dan berbagai
macam perundingan hanya akan membuat larut penyelesaian permasalahan ini. Hadis
Rasulullah saw. yang dituturkan Abdullah bin ‘Amru, bahwa Nabi saw. bersabda:
Sungguh,
lenyapnya dunia ini lebih ringan bagi Allah daripada membunuh jiwa seorang
Muslim
(HR at-Tirmidzi,
an-Nasa’i dan Ibn Majah; lafazh menurut at-Tirmidzi).
Sudah saatnya
kaum muslimin yang ada di 57 negara anggota OKI dan yang berada di
Negara-negara lainnya bersatu padu untuk untuk menegakkan satu kepemimpinan
Negara Khilafah Islamiyah sebagaimana dulu dicontohkan oleh Rasulullah, para
khulafaur rasyidin, dan para khalifah. Karena hanya dengan negara yang diridhoi
Allah inilah penyelesaian tragedi Palestina dapat diselesaikan dengan
pelaksanaan Jihad secara terorganisir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar